Mulai 1 Agustus 2013, Blog Keuangan PTA Gorontalo beralih ke Portal Keuangan PTA Gorontalo | Untuk mengunjungi portal baru kami klik di sini |
https://paisleycarrot.files.wordpress.com/2012/03/website_moved.jpg?w=601&h=429&h=429

Senin, 27 Agustus 2012

Sehatkah Aset Anda?

Terkadang kita mengabaikan Aset yang kita miliki, baik itu yang terlihat maupun tidak. Sebagian besar pengecekan yang dilakukan saat Financial Check Up terkait dengan Aset yang kita miliki.

Total Aset yang besar bukan jaminan bahwa kondisi keuangan kita sehat. Ada dua rasio yang paling sering memperlihatkan kondisi keuangan tidak sehat terkait Aset yaitu:

Liquid Asset to Net worth Ratio (Rasio Aset Lancar berbanding Total Kekayaan Bersih).
Aset Lancar merupakan bagian dari Aset kita yang bersifat likuid, artinya mudah digunakan untuk memenuhi kebutuhan seperti Kas di tangan, Tabungan, Deposito. Logam Mulia/Emas selain sebagai Aset Investasi juga bisa digolongkan sebagai Aset Lancar karena bisa dijual dalam waktu relatif singkat untuk mendapatkan cash.



Mengapa minimnya Aset Lancar dikategorikan tidak sehat? Karena jika terjadi kebutuhan darurat (PHK, musibah keluarga, sakit, kecelakaan) maka yang bisa digunakan langsung adalah Aset Lancar. Aset yang tidak lancar memerlukan waktu untuk bisa digunakan.

Orang-orang yang asetnya besar karena Aset tidak likuid, misalnya Property (Rumah, Tanah, Ruko, Apartment, dll) bisa mengalami kesulitan jika suatu saat membutuhkan dana tunai dalam jumlah besar dan harus menjual aset-aset tidak likuid tersebut dalam waktu singkat apalagi jika nilai/harganya cukup tinggi maka membutuhkan specific buyer yang mampu membelinya, sehingga kadang yang terjadi adalah aset tersebut dijual dibawah harga pasar karena dalam posisi BU (Butuh Uang).

Aset Lancar dalam Perencanaan Keuangan yang baik tidak boleh terlalu sedikit dan tidak boleh terlalu banyak, ada batasan ideal dalam Rasio ini yang perlu selalu dijaga. Jumlah Aset Lancar yang ideal akan terkait dengan jumlah Dana Darurat yang perlu dipersiapkan.

Net Investment Asset to Net worth Ratio (Rasio Aset Investasi berbanding Total Kekayaan Bersih).
Hampir 80-90% hasil dari Financial Check Up tidak sehat dalam rasio ini. Hal ini terjadi karena memang masih banyak orang yang belum aware dengan Aset Investasi dan kegunaannya. Aset Investasi sebenarnya merupakan aset yang kita miliki yang nilainya meningkat secara waktu, dapat memberikan manfaat di waktu sekarang atau yang akan datang.

Rumah/Property atau kendaraan yang kita gunakan tidak tergolong menjadi Aset Investasi namun lebih ke Aset Guna. Saat ini banyak tawaran produk-produk yang disebut investasi, di mana perlu dicek dan dipelajari dengan benar apakah produk investasi tersebut memiliki dasar hukum/legal, bagaimana tingkat return dan resikonya, bagaimana cara membeli dan menjual, biaya-biaya apa saja yang harus dibayar, dan karakteristik-nya apakah sesuai dengan profil resiko dan tujuan kita, sehingga kita tidak salah membeli atau bahkan merasa tertipu di kemudian hari. Peningkatan Aset Investasi yang kita lakukan harus sejalan dengan tujuan-tujuan keuangan yang ingin kita capai (jangka menengah-panjang).

Aset yang kita miliki adalah sesuatu yang bisa kita manfaatkan dan optimalkan untuk memenuhi kebutuhan bahkan untuk mencapai tujuan-tujuan keuangan keluarga di masa yang akan datang (Dana Pendidikan Anak, Dana Pensiun, Dana Modal Usaha, Dana Naik Haji, Dana Pembelian Property/Kendaraan, dll). Keuangan yang benar maka bisa diketahui apakah alokasi aset yang kita lakukan saat ini sudah optimal, apakah perlu perubahan bentuk aset, berapa besar peningkatan Aset Lancar dan Aset Investasi diperlukan untuk setiap tujuan keuangan, produk-produk investasi apa yang sesuai untuk menjadi bagian dari portfolio aset kita. And last but not least, yang juga perlu dipersiapkan terkait aset kita adalah Perencanaan Waris yang akan menjaga kepemilikan aset kita berada di tangan orang-orang yang kita inginkan saat kita tiada.

Yosephine P. Tyas S.Kom, MM, RFA® (@phien13)
Senior Associate Advisor - AFC Financial Check Up

Sumber : http://finance.detik.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar